Kamis, 28 Februari 2013

 "PERCAKAPAN DENGAN BAPA"

Suatu malam aku sedang berdoa. Timbul rasa kerinduan untuk bercakap lebih dalam lagi dengan Tuhan. Percakapan antara seorang anak dengan Bapanya mengenai segala sesuatu yang membebani hati dan pikirannya.
Aku : Bapa, aku merasa tak mampu untuk melakukan semuanya ini. Aku tak akan pernah bisa menyelesaikannya. Dan sangat mustahil bagiku untuk mendapatkannya.
Bapa : apa yang tak mungkin bagi manusia, itu mungkin bagi-Ku. (Kata Yesus: “Apa yang tidak mungkin bagi manusia, mungkin bagi Allah.” – Lukas 18:27)
Aku : Bapa, Engkau tahu bahwa aku sudah amat letih untuk mengerjakan semua ini. Aku sudah tidak mempunyai kekuatan untuk mengerjakannya lagi.
Bapa : anak-Ku, kemarilah. Aku akan memberi kelegaan kepadamu. (Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. – Matius 11:28)
Aku : Bapa, lihatlah. Tak ada seorang pun yang peduli padaku. Aku merasa sendirian Tuhan. Tak ada seorang pun yang mencintai aku.
Bapa : Aku mengasihimu. (Seperti Bapa telah mengasihi Aku, demikianlah juga Aku telah mengasihi kamu; tinggallah di dalam kasih-Ku itu. – Yohanes 15:9)
Aku : Bapa, aku sudah menyerah. Cukuplah sampai di sini saja apa yang telah kukerjakan.
Bapa : di dalam kelemahanmulah kuasa-Ku menjadi sempurna. (Tetapi jawab Tuhan kepadaku: “Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna.” Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku. – 2 Korintus 12:9)
Aku : Bapa, aku tidak mengerti kemana lagi akan melangkah. Aku tidak tahu arah dan tujuan hidupku.
Bapa : tenanglah, Aku akan menuntun langkah-langkahmu. (Percayalah kepada TUHAN dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri. Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu. – Amsal 3:5-6)
Aku : Bapa, aku tak mampu menanggung semua beban-beban itu. Betapa beratnya kehidupan yang harus aku jalani.
Bapa : percayalah, kamu dapat menanggung semuanya bersama-Ku. (Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku. – Filipi 4:13)
Aku : Bapa, mengapa semua yang kukerjakan selalu sia-sia? Tidak ada sesuatu pun yang baik bagiku.
Bapa : semua itu akan mendatangkan kebaikkan bagimu, percayalah. (Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah. – Roma 8:28)
Aku : Bapa, aku sangat membencinya. Rasanya hati ini marah ketika harus bertegur sapa atau pun mengingat namanya. Dia sudah melukai hatiku.
Bapa : bila kau tak mengampuni sesamamu, maka Aku juga tidak akan mengampunimu. (Karena jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di sorga akan mengampuni kamu juga. Tetapi jikalau kamu tidak mengampuni orang, Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahanmu. – Matius 6:14-15)
Aku : Bapa, mengapa hidupku selalu berkekurangan?
Bapa : mendekatlah pada-Ku karena Aku akan mencukupkan. (Allahku akan memenuhi segala keperluanmu menurut kekayaan dan kemuliaan-Nya dalam Kristus Yesus. – Filipi 4:19)
Aku : Bapa, hidupku penuh dengan rasa ketakukan sehingga aku tidak berani untuk melangkah.
Bapa : Aku tidak pernah memberikan roh ketakutan kepadamu. (Sebab Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban. – 2 Timotius 1:7)
Aku : Bapa, aku selalu mengkuatirkan segala hal dalam hidupku. Aku kuatir bila semua tidak berjalan dengan baik.
Bapa : serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Ku. (Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu. – 1 Petrus 5:7)
Aku : Bapa, benarkah iman sebesar biji sesawi mampu memindahkan gunung? Namun aku tak memiliki iman seperti itu.
Bapa : Aku memberikan iman kepada setiap orang dengan porsinya sendiri. (Berdasarkan kasih karunia yang dianugerahkan kepadaku, aku berkata kepada setiap orang di antara kamu: Janganlah kamu memikirkan hal-hal yang lebih tinggi dari pada yang patut kamu pikirkan, tetapi hendaklah kamu berpikir begitu rupa, sehingga kamu menguasai diri menurut ukuran iman, yang dikaruniakan Allah kepada kamu masing-masing. – Roma 12:3)
Aku : Bapa, aku selalu kalah dalam hal apa pun, aku tidak sepandai teman-temanku. Apakah aku ini bodoh?
Bapa : Aku memberi hikmat bagimu. (Tetapi oleh Dia kamu berada dalam Kristus Yesus, yang oleh Allah telah menjadi hikmat bagi kita. Ia membenarkan dan menguduskan dan menebus kita. – 1 Korintus 1:30)
Aku : Bapa, apakah Kau akan setia padaku dan tidak pernah meninggalkanku?
Bapa : ya, Aku tidak akan pernah meninggalkanmu. (Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau – Ibrani 3:15b)
Jawaban Tuhan atas semua pergumulan tentang beratnya kehidupan sangat menguatkan. Tuhan yang menciptakan hidup kita dan Tuhan juga yang bertanggung jawab penuh atas kehidupan kita. Tidak ada sesuatu pun yang mampu menjatukan kita. Tida ada satu pun yang mampu menghentikan langkah kita. Bersama Tuhan, kita akan mampu melakukan apa pun karena Allah maha segala-Nya. Dan janji-Nya dalam sepanjang hidup kita adalah Tuhan tidak akan pernah meninggalkan kita.


MILIK KITA.

Ada dua orang anak kecil sedang bermain di taman. Saat keduanya sedang berlari, mereka melihat ada sebuah bola. Keduanya girang lalu berlari untuk mengambil bola itu. Tidak lama kemudian keduanya bertengkar dan saling memperebutkan bola itu.
Tidak ada rasa mengalah diantara keduanya. Masing-masing merasa berhak untuk memiliki bola itu sampai pada akhirnya tidak seorang pun memiliki bola itu namun tidak ada lagi persahabatan diantara mereka.
Seperti itulah kehidupan. Saat ada keuntungan, maka kita akan enggan untuk berbagi dengan orang lain. Saat kita melihat kesempatan di depan mata, maka kita akan egois dan lupa untuk memberkati orang lain.
Sifat egois dapat menghilangkan kasih dari dalam hati. Sifat yang egois akan menjadikan manusia menjadi lebih fokus hanya pada tujuan hidupnya saja tanpa peduli terhadap sesama.
Kita harus ingat bahwa di dunia ini kita tidak bisa hidup sendiri. Masih ada campur tangan orang lain yang membentuk pribadi kita hingga kini. Tanpa orang tua, tanpa sahabat, dan tanpa orang-orang yang mungkin selalu kita anggap remeh keberadaannya, maka kita belum tentu menjadi seperti apa yang ada pada diri kita saat ini.
Ingatlah bahwa segala sesuatu yang ada di muka bumi ini adalah milik Tuhan. Ingatlah bahwa yang berkuasa penuh atas kehidupan kita adalah Tuhan. Apa yang bisa kita bagi dengan orang lain, maka berbagilah. Saat kita bisa memberkati orang lain, maka berkatilah karena kasih itu adalah milik kita semua.
Karena kamu telah menyucikan dirimu oleh ketaatan kepada kebenaran, sehingga kamu dapat mengamalkan kasih persaudaraan yang tulus ikhlas, hendaklah kamu bersungguh-sungguh saling mengasihi dengan segenap hatimu.
1 Petrus 1:22

 ARTI MEMBERI
Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yg memberi dengan sukacita (2Kor 9:7)
Memberi sebaiknya dilakukan dgn kerelaan hati.
Tanpa kerelaan, kita akan cenderung menunda-nunda pemberian kita, bahkan kita akan mencari-cari alasan untuk tidak memberi.
Kasih akan membuat pemberian kita berfaedah, bukan hanya bagi orang lain, tetapi juga bagi diri kita sendiri.
Kasih membuat kita sanggup memberi bukan hanya sesuai dengan kemampuan, tetapi melampaui kemampuan.
Memberi merupakan cermin dari kebergantungan kita kepada Allah.
Dengan memberi, kita menyatakan bahwa kita bergantung kepada Allah untuk semua kebutuhan kita.
Bagi mereka yg hidup bergantung kepada Allah, Allah memberikan janji pemeliharaan.
Dengan memberi, kita belajar utk melepaskan ketergantungan kepada materi & kepada diri sendiri, serta membuat kita belajar utk bergantung kepada Allah.
Karena itu mari kita izinkan rahmat daripada Allah turun atas kita dengan rajin memberi.

Minggu, 10 Februari 2013

 MENARILAH DI TENGAH HUJAN

Kita tidak pernah tahu kapan hujan akan turun. Di sisi dunia yang lain, hujan kerap mendatangkan bencana. Misalnya, banjir. Kita tidak dapat mencegah datangnya banjir dan kita tidak akan pernah bisa menolah air itu mengalir di depan kita.
Seperti itulah dinamika kehidupan kita. Kita tidak pernah tahu kapan rintangan-rintangan itu datang menhampiri hidup kita. Apa yang akan kita lakukan saat kehilangan pekerjaan, mendapati diri kita mengidap penyakit yang mematikan, atau bahkan kehidupan kita telah hancur berantakan?
Rintangan-rintangan itu merupakan awan gelap kehidupan.  Hujan berasal dari awan yang gelap. Begitu juga dengan rintangan-rintangan yang pada puncaknya akan membawa kita pada suatu kehancuran.
Hidup bukan tentang menunggu badai berlalu, tetapi hidup adalah tentang menari di tengah hujan. Hidup itu bukan diam atau melarikan diri dari suatu masalah. Hidup bukan untuk menunggu semua masalah itu berlalu dari kehidupan kita.
Rintangan dan ujian adalah suatu proses kehidupan yang harus kita kerjakan. Menari di tengah hujan, mengajari kita bagaimana cara untuk bersyukur di tengah-tengah kesulitan yang ada. Dengan bersyukur, maka semua beban berat itu akan menjadi lebih ringan dan kita akan hidup dalam damai sejahtera.