Selasa, 18 Mei 2010

Mencari Cinta Sejati


Mencari Cinta Sejati

Oleh: Sulamith Ish- Kishor
Sumber: Chicken Soup for The Soul

Jam enam kurang enam menit, kata jam bundar besar diatas meja informasi di Grand Central Station. Letnan Angkatan Darat bertubuh jangkung dan muda usia yang baru datang dari arah rel kereta mengangkat wajahnya yang tebakar matahari, dan matanya memicing untuk melihat waktu yang tepat. Jantungnya berdebar keras sehingga mengejutkannya karena ia tak dapat mengendalikannya. Enam menit lagi, ia akan bertemu dengan wanita yang telah mengisi tempat istimewa dalam hidupnya selama 13 bulan ini, wanita yang belum pernah ia lihat, tapi yang kata-kata tertulisnya telah menemaninya dan senantiasa menabahkan hatinya. Ia berdiri sedekat mungkin ke meja informasi, sedikit di luar lingkaran orang yang mengerumuni petugas.

Letnan Blandford teringat suatu malam tertentu, saat pesawatnya terperangkap di tengah sekelompok kaum Zero. Ia melihat wajah salah seorang pilot musuh yang menyeringai. Dalam salah satu suratnya, ia mengakui pada sahabat penanya bahwa ia seing merasa takut, dan hanya beberapa hari sebelum pertempuran ini, ia menerima jawaban surat darinya: "Tentu saja kamu takut.. semua pria pemberani pun begitu. Bukankah Raja Daud juga mengenal takut? Karena itulah dia menulis Mazmur 23. Lain kali, saat kamu meragukan dirimu, aku ingin kamu mendengar suaraku membacakan ini untukmu "Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku". Dan ia ingat; ia mendengar khayalan suaranya, dan suara itu memperbaharui kekuatan dan keterampilannya.

Sekarang ia akan mendengar suara aslinya. Pukul enam kurang empat. Wajahnya semakin tegang. Di bawah atap luas berbintang, orang berjalan bergegas, seperti benang-benang berwarna dianyam ke dalam jaring-jaring kelabu. Seorang gadis mendekatinya, dan Letnan Blandford tersentak. Gadis ini memakai sebuah bunga merah pada kelepak jasnya, tapi bunganya adalah bunga buncis merah, bukan mawar merah kecil yang sudah mereka sepakati. Lagipula, gadis itu terlalu muda, sekitar 18, sedangkan Hollis Meynell sudah sejujurnya mengatakan bahwa ia berumur 30.
"Memangnya kenapa?" ia menjawab waktu itu. "Aku 32." Padahal, usianya baru 29.

Pikirannya kembali pada buku-buku itu yang pasti ditaruh sendiri oleh Tuhan ke dalam tangannya dari antara ratusan buku perpustakaan Angkatan Darat yang dikirim ke kamp latihan Florida. Of Human Bondage, judulnya; dan di seluruh buku itu ada catatan yang ditulis dengan tulisan wanita. Ia selalu membenci kebiasaan mencoret-coret buku, tapi kata-kata ini berbeda. Ia tak pernah menyangka bahwa seorang wanita dapat memandang ke dalam hati seorang pria dengan begitu lembut, begitu pengertian. Namanya ada pada sampul: Hollis Meynell.

Ia mencari buku telepon New York City dan menemukan alamatnya. Ia menyuratinya, dan wanita itu membalas. Hari berikutmya ia dikirim pergi, tapi mereka melanjutkan surat-menyurat. Selama 13 bulan, wanita itu dengan setia membalas, dan lebih dari sekedar membalas. Saat surat si letnan tidak tiba, wanita itu tetap menulis dan sekarang si letnan yakin bahwa ia mencintai wanita itu dan wanita itu mencintainya. Tapi, wanita itu menolak semua permintaannya untuk mengirimkan fotonya. Tentu saja hal tersebut kurang baik.

Tapi ia menjelaskan : "Kalau perasaanmu terhadapku sungguh-sungguh, berdasarkan ketulusan hati, wajahku tidak akan menjadi masalah. Misalnya aku memang cantik. Aku akan selalu dihantui perasaan bahwa kamu mengambil keputusan berdasarkan hal itu, dan cinta semacam itu membuatku jijik. Misalkan aku biasa-biasa saja (dan kamu harus mengakui bahwa ini lebih mungkin). Lalu aku akan selalu cemas bahwa kamu terus menyuratiku karena kamu kesepian dan tak punya orang lain. Jangan, jangan minta fotoku. Kalau kamu datang ke New York, kamu bisa menemuiku, lalu kamu dapat mengambil keputusan. Ingat, kita berdua bebas untuk menghentikan atau melanjutkan persahabatan kita-apa pun yang kita pilih."

Pukul enam kurang satu - hati Letnan blandford meloncat lebih tinggi dari yang pernah dilakukan pesawatnya. Seorang wanita muda melangkah ke arahnya. Tubuhnya tinggi dan ramping; rambut pirangnya mengikal dari telinganya yang indah. Matanya biru bagai bunga, bibir dan dagunya memiliki ketegasan yang lembut. Dalam pakaian hijau pucat, ia seperti penjelmaan masa musim semi. Ia melangkah ke arah wanita itu, benar-benar lupa melihat bahwa si wanita tidak memakai bunga mawar, dan saat ia bergerak, sebuah senyuman kecil menantang melengkungkan bibirnya.

"Awas tertabrak, bung?" gumannya.
Dengan tak terkendalikan, ia melangkah selangkah mendekatinya. Lalu ia melihat Hollis Meynell. Wanita itu berdiri hampir tepat di belakang gadis tadi, seorang wanita berusia jauh di atas 40, rambutnya yang beruban dimasukkan di bawah topi tua. Tubuhnya lebih dari gemuk; pergelangan kakinya dijejalkan ke dalam sepatu hak rendah. Tapi, ia mengenakan mawar merah pada kelepak kusut jaket coklatnya. Gadis berpakaian hijau tadi telah bergegas pergi. Blandford merasa seakan terbelah dia, begitu kuat hasratnya untuk mengikuti si gadis, tapi begitu dalam kerinduaannya pada wanita yang jiwanya telah menemani dan menjunjung jiwanya; dan wanita itu berdiri di depannya. Wajahnya yang montok pucat terlihat lembut dan bijak; ia dapat melihatnya sekarang. Mata kelabunya berkelip hangat dan ramah.

Letnan Bladford tidak ragu-ragu. Jarinya mencengkeram buku kecil Of Human Bondage yang berkulit biru dan sudah usang, yang menjadi ciri-cirinya untuk si wanita. Ini tak akan menjadi cinta, tapi akan menjadi sesuatu yang berharga, sesuatu yang lebih langka daripada cinta-persahabatan yang telah dan selalu akan disyukuri olehnya. Ia menegakkan bahunya yang lebar, memberi hormat, dan menyodorkan buku itu pada si wanita, meskipun selagi ia bicara, ia merasa kaget oleh kepahitan rasa kecewanya.

"Saya Letnan John Blandford dan ibu... ibu adalah Bu Meynell. Saya senang kita bisa bertemu. Bolehkah... bolehkah saya mengajak Ibu makan malam?"
Wajah wanita itu melebarkan senyuman sabar. "Ibu tak tahu ini masalah apa, nak," jawabnya. "wanita berbaju hijau - yang baru saja lewat - memohon Ibu mengenakan mawar ini pada baju ibu. Dan katanya, kalau kamu mengajak Ibu makan, Ibu harus memberi tahu, dia menunggumu di rumah makan besar di seberang jalan. Katanya ini semacam ujian. Ibu sendiri punya dua putra yang jadi tentara, jadi Ibu tak berkeberatan menolongmu.

Rabu, 12 Mei 2010

Ada Tetesan Setelah Tetesan Terakhir

Pasar malam dibuka di sebuah kota. Penduduk menyambutnya dengan gembira. Berbagai macam permainan, stand makanan dan pertunjukan diadakan. Salah satu yang paling istimewa adalah atraksi manusia kuat.

Begitu banyak orang setiap malam menyaksikan unjuk kekuatan otot manusia kuat ini. Manusia kuat ini mampu melengkungkan baja tebal hanya dengan tangan telanjang. Tinjunya dapat menghancurkan batu bata tebal hingga berkeping-keping. Ia mengalahkan semua pria di kota itu dalam lomba panco. Namun setiap kali menutup pertunjukkannya ia hanya memeras sebuah jeruk dengan genggamannya. Ia memeras jeruk tersebut hingga ke tetes terakhir. 'Hingga tetes terakhir', pikirnya.

Manusia kuat lalu menantang para penonton: "Hadiah yang besar kami sediakan kepada barang siapa yang bisa memeras hingga keluar satu tetes saja air jeruk dari buah jeruk ini!"

Kemudian naiklah seorang lelaki, seorang yang atletis, ke atas panggung.

Tangannya kekar. Ia memeras dan memeras... dan menekan sisa jeruk... tapi tak setetespun air jeruk keluar. Sepertinya seluruh isi jeruk itu sudah terperas habis. Ia gagal. Beberapa pria kuat lainnya turut mencoba, tapi tak ada yang berhasil. Manusia kuat itu tersenyum-senyum sambil berkata : "Aku berikan satu kesempatan terakhir, siapa yang mau mencoba?"

Seorang wanita kurus setengah baya mengacungkan tangan dan meminta agar ia boleh mencoba. "Tentu saja boleh nyonya. Mari naik ke panggung." Walau dibayangi kegelian di hatinya, manusia kuat itu membimbing wanita itu naik ke atas pentas. Beberapa orang tergelak-gelak mengolok-olok wanita itu. Pria kuat lainnya saja gagal meneteskan setetes air dari potongan jeruk itu apalagi ibu kurus tua ini. Itulah yang ada di pikiran penonton.

Wanita itu lalu mengambil jeruk dan menggenggamnya. Semakin banyak penonton yang menertawakannya. Lalu wanita itu mencoba memegang sisa jeruk itu dengan penuh konsentrasi. Ia memegang sebelah pinggirnya, mengarahkan ampas jeruk ke arah tengah, demikian terus ia ulangi dengan sisi jeruk yang lain. Ia terus menekan serta memijit jeruk itu, hingga akhirnya memeras... dan "ting!" setetes air jeruk muncul terperas dan jatuh di atas meja panggung.

Penonton terdiam terperangah. Lalu cemoohan segera berubah menjadi tepuk tangan riuh.

Manusia kuat lalu memeluk wanita kurus itu, katanya, "Nyonya, aku sudah melakukan pertunjukkan semacam ini ratusan kali. Dan, banyak orang pernah mencobanya agar bisa membawa pulang hadiah uang yang aku tawarkan, tapi mereka semua gagal. Hanya Anda satu-satunya yang berhasil memenangkan hadiah itu.

Boleh aku tahu, bagaimana Anda bisa melakukan hal itu?"

"Begini," jawab wanita itu, "Aku adalah seorang janda yang ditinggal mati suamiku. Aku harus bekerja keras untuk mencari nafkah bagi hidup kelima anakku. Jika engkau memiliki tanggungan beban seperti itu, engkau akan mengetahui bahwa selalu ada tetesan air walau itu di padang gurun sekalipun. Engkau juga akan mengetahui jalan untuk menemukan tetesan itu. Jika hanya memeras setetes air jeruk dari ampas yang engkau buat, bukanlah hal yang sulit bagiku". Selalu ada tetesan setelah tetesan terakhir. Aku telah ratusan kali mengalami jalan buntu untuk semua masalah serta kebutuhan yang keluargaku perlukan. Namun hingga saat ini aku selalu menerima tetes berkat untuk hidup keluargaku. Aku percaya Tuhanku hidup dan aku percaya tetesan berkat-Nya tidak pernah kering, walau mata jasmaniku melihat semuanya telah kering. Aku punya alasan untuk menerima jalan keluar dari masalahku. Saat aku mencari, aku menerimanya karena ada pribadi yang mengasihiku.

"Bila Anda memiliki alasan yang cukup kuat, Anda akan menemukan jalannya", demikian kata seorang bijak.

Seringkali kita tak kuat melakukan sesuatu karena tak memiliki alasan yang cukup kuat untuk menerima hal tersebut.

Pelangi sehabis hujan



Pelangi sehabis hujan

Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman Tuhan, yaitu rancangan damai sejahtera - Yeremia 29:11

Nathaniel Hawthorne sangat kecewa. Ia baru saja menerima kabar pergantian jabatan di kantor bea cukai Boston. Massachusetts, tempatnya bekerja. Ternyata, ia diberhentikan. Berita buruk itu seakan-akan menggelegar di telinganya. Dunia seolah-olah sudah kiamat. Ia berjalan pulangn dengan perasaan bingung dan gundah. Di pelupuk matanya terbayang wajah duka istrinya. Hawthorne semakin gelisah. Hari itu sungguh menjadi hari yang panjang baginya.

Setibanya dirumah, ia menceritakan perihal pemecatannya kepada istrinya. Sang istri dengan tatapan prihatin memeluknya, mengambil sebuah pena dan tinta, lalu meletakan keduanya di meja dekat perapian. "Tidak usah bersedih." katanya. "Kau punya banyak waktu sekarang. Kau bisa mulai menulis." Empat tahun setelah kejadian memilukan itu Hawthorne menghasilkan sebuah novel yang membuat namanya terkenal di seluruh dunia :The Scarlet Letter.

Kegagalan di satu bidang kerap menjadi pembuka jalan bagi keberhasilan di bidang lain. Kuncinya adalah tidak putus asa, terus berusaha, dan terutama tetap berpaut pada Tuhan, sang sumber hidup. Jika Tuhan mengijinkan sesuatu terjadi, tentu ada maksud baik di balik hal itu.

Itulah janji Tuhan kepada umat-Nya dalam bacaan Alkitab hari ini. Di tengah penderitaan dan kegalauan akan gelapnya masa depan umat, Tuhan membawa berita pengharapan melalui nabi Yeremia. Itu jugalah janji Tuhan kepada kita saat duka menerjang. Hanya, maukah kita percaya dan tetap menaruh pengharapan kepada-Nya? - Ayub Yahya

Terkadang Tuhan menutup pintu yang satu untuk membuka pintu yang lain

Filosofi Dasar Dalam hidup


Filosofi Dasar Dalam hidup


Suatu hari seorang bapak tua hendak menumpang bus. Pada saat ia menginjakkan kakinya ke tangga, salah satu sepatunya terlepas dan jatuh ke jalan. Lalu pintu tertutup dan bus mulai bergerak, sehingga ia tidak bisa memungut sepatu yang terlepas tadi. Si bapak tua itu dengan tenang melepas sepatunya yang sebelah dan melemparkannya keluar jendela.

Seorang pemuda yang duduk dalam bus melihat kejadian itu, dan bertanya kepada si bapak tua, "Aku memperhatikan apa yang Anda lakukan Pak. Mengapa Anda melemparkan sepatu Anda yang sebelah juga ?" Si bapak tua menjawab, "Supaya siapapun yang menemukan sepatuku bisa memanfaatkannya."
Si bapak tua dalam cerita di atas memahami filosofi dasar dalam hidup - jangan mempertahankan sesuatu hanya karena kamu ingin memilikinya atau karena kamu tidak ingin orang lain memilikinya.

Kita kehilangan banyak hal di sepanjang masa hidup. Kehilangan tersebut pada awalnya tampak seperti tidak adil dan merisaukan, tapi itu terjadi supaya ada perubahan positif yang terjadi dalam hidup kita.
Kalimat di atas tidak dapat diartikan kita hanya boleh kehilangan hal-hal jelek saja. Kadang, kita juga kehilangan hal baik.

Ini semua dapat diartikan :
supaya kita bisa menjadi dewasa secara emosional dan spiritual, pertukaran antara kehilangan sesuatu dan mendapatkan sesuatu haruslah terjadi.

Seperti si bapak tua dalam cerita, kita harus belajar untuk melepaskan sesuatu. Tuhan sudah menentukan bahwa memang itulah saatnya si bapak tua kehilangan sepatunya. Mungkin saja peristiwa itu terjadi supaya si bapak tua nantinya bisa mendapatkan sepasang sepatu yang lebih baik.
Satu sepatu hilang. Dan sepatu yang tinggal sebelah tidak akan banyak bernilai bagi si bapak. Tapi dengan melemparkannya ke luar jendela, sepatu itu akan menjadi hadiah yang berharga bagi gelandangan yang membutuhkan.

Berkeras hati & berusaha mempertahankannya tidak membuat kita atau dunia menjadi lebih baik. Kita semua harus memutuskan kapan suatu hal, suatu keadaan atau seseorang masuk dalam hidup kita, atau kapan saatnya kita lebih baik bersama yang lain.
Pada saatnya, kita harus mengumpulkan keberanian untuk melepaskannya. Karena tiada badai yang tak berlalu. Tiada Pesta yang tak pernah Usai. Semua yang ada didunia ini tiada yang abadi.

Minggu, 09 Mei 2010

Saat Anda Jatuh


Saat Anda Jatuh

Pada olimpiade musim panas tahun 1982 di Barcelona, Spanyol, terjadi sebuah peristiwa yang menarik perhatian dunia. Ketika Derek Redman melangkah menuju arena, dia membayangkan kemenangan yang akan diraihnya. Inilah saat yang telah dinantikannya, seumur hidupnya. Dalam hatinya, ia tahu, bahwa inilah perlombaan yang telah Tuhan tetapkan baginya, sejak semula ia diciptakan. Pada menit terakhir sebelum perlombaan itu dimulai, ia memandang ke arah deretan kursi penonton, mencari-cari wajah ayahnya. Memang ia ingin meraih kemenangan dalam lomba itu untuk dirinya. Tetapi, lebih dari itu ia ingin memenangkan lomba itu demi ayahnya. Ayahnya, yang telah memberikan dan mengorbankan begitu banyak banyak hal, agar ia dapat masuk menjadi peserta olimpiade itu.

Sekarang ia memiliki kesempatan untuk melakukan sesuatu sebagai tanda balas budi kepada ayahnya. Inilah saatnya untuk membuat ayahnya bangga padanya. Lalu tembakan ke udara tanda mulai berbunyi. Derek berlari, mengerahkan seluruh kekuatannya. Segalanya tampak baik sampai akhirnya Derek memasuki putaran terakhir. Tiba-tiba terjatuh di tengah lintasan larinya. Ia mengalami kram pada kakinya. Rasa nyeri yang hebat mencengkeramnya. Dia berusaha untuk berdiri; berusaha untuk melompat; namun rasa nyeri itu terlalu menyakitkan baginya. Detik demi detik berlalu, bagai berjam-jam baginya, saat dia rebah menggeliat kesakitan. Dia tidak percaya, beginilah akhir dari perjalanannya selama ini.

Mungkin dia khawatir tentang apa yang dipikirkan ayahnya saat itu, apakah ayahnya merasa malu? Apakah ayahnya akan berpaling darinya dan meninggalkannya? Mungkinkah ayahnya berpikir: Oh, bagus sekali. Jadi selama ini waktu terbuang percuma hanya untuk seorang yang bahkan tidak dapat menyelesaikan pertandingan sama sekali?

Ternyata sama sekali bukan itu yang sedang dipikirkan oleh ayahnya. Jauh diatas sana, di antara kursi-kursi penonton, ayahnya melompat berdiri. Segera ia menyelusup di antara kerumunan penonton. Saat itu ada ribuan penonton yang sedang berdiri, melihat anaknya, dan terkejut melihat anaknya sedang menderita di dalam arena. Akhirnya sang ayah berhasil mencapai garis batas lintasan lari itu.

Seorang penjaga keamanan menghentikannya, dan berkata, "Tidak seorangpun diijinkan masuk ke dalam arena."

Ayah Derek menjawabnya dengan kata-kata sederhana, "Itu anak saya."

Maka penjaga itu tidak menghalanginya lagi. Dia melewati para penjaga itu dan masuk ke dalam lintasan lari. Dan sementara ribuan orang bersorak riuh rendah padanya, dia memapah anaknya menuju ke garis finish.

Mungkin sebagian besar Anda merasakan seolah-olah Anda telah jatuh. Anda ingin menyelesaikan perlombaan yang telah Tuhan tetapkan bagi Anda, tetapi rasa nyeri yang menyerang ini terlalu menyakitkan. Tak peduli sekeras apa Anda berusaha, tampaknya Anda tetap tak mampu untuk berdiri dan melangkah lagi. Mungkin Anda khawatir, kalau-kalau Bapa di Sorga kecewa terhadap Anda, kalau-kalau Anda tidak dapat menyenangkan hatiNya.

Tahukah Anda bahwa Tuhan ada di pihak kita?
Tuhan tidak kecewa pada Anda saat Anda jatuh. Anda adalah anakNya yang berharga di mataNya! Anda adalah kesayangan Bapa di Sorga. Oh, betapa sedihnya Dia menyaksikan Anda jatuh. Betapa Dia menaruh belas kasihan bagi Anda. Tuhan ada bagi Anda. Tuhan juga menghendaki agar Anda menyelesaikan perlombaan Anda dan Dia akan melakukan apa saja untuk memapah Anda menuju garis finish. Mungkin ada beberapa orang di antara Anda yang tidak mengenal Bapa di Sorga. Tetapi Dia tetap ada disana menanti Anda. Dia rindu memeluk Anda sebagai seorang anak yang berharga dan melindungi Anda, di setiap langkah, di dalam menjalani perlombaan yang telah ditentukan bagi Anda.

Satu-satunya jalan untuk menghampiri Bapa adalah melalui AnakNya.
Yesus berfirman, "Tidak ada seorangpun sampai kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku."

Tidak ada hal lain yang dapat memberikan penghiburan yang lebih besar lagi, selain dari kenyataan bahwa: Dia yang memanggil kita untuk menjalani perlombaan ini adalah juga Dia yang membantu kita untuk sampai ke garis finish.

Bejana Terindah



Bejana Terindah

Seorang Tuan sedang mencari sebuah bejana/baskom untuk tempat anggur & daging. Ada beberapa bejana tersedia- manakah yang akan terpilih? "Pilihlah saya", teriak bejana emas, "Saya mengkilap dan bercahaya. Saya sangat berharga dan saya melakukan segala sesuatu dengan benar, ditempa dgn keras & sungguh2 murni. Keindahan saya mengalahkan yang lain. Dan untuk orang yang seperti Engkau, Tuanku, emas adalah yang terbaik!"

Tuan itu hanya lewat saja tanpa mengeluarkan sepatah kata. Kemudian ia melihat suatu bejana perak, ramping dan tinggi. "Aku akan melayani Engkau, Tuanku, aku akan menuangkan anggur­Mu dan aku akan berada di meja-Mu di setiap acara jamuan makan. Garisku sangat indah, ukiranku sangat nyata. Dan perakku akan selalu memuji-Mu.'

Tuan itu hanya lewat saja dan menemukan sebuah bejana tembaga. Bejana ini lebar mulutnya dan dalam, dipoles seperti kaca. "Sini! Sini!" teriak bejana itu, saya tahu saya akan terpilih. Taruhlah saya di meja-Mu, maka semua orang akan memandangku.

Tiba-tiba "Lihatlah saya", panggil bejana kristal yang sangat jernih dgn beberapa detail ukiran yg sangat rumit. "Aku sangat transparan, menunjukkan betapa baiknya saya. Meskipun saya mudah pecah, saya akan melayani Engkau dengan kebanggaan saya. Dan saya yakin, saya akan bahagia dan senang tinggal dalam rumah-Mu."

Tuan itu kemudian menemukan bejana kayu. Dipoles dan terukir indah, berdiri dengan teguh. Engkau dapat memakai saya, Tuanku, kata bejana kayu. Tapi aku lebih senang bila Engkau memakaiku untuk buah & sayuran, bukan untuk daging."

Kemudian Tuan itu melihat ke bawah & melihat bejana tanah liat. Kosong & hancur, tak berwarna indah, terbaring begitu saja. Tiada harapan terpilih sbg Bejana Tuan itu.

Ah! Inilah bejana yg Aku cari2. akan Kuperbaiki & Kupakai, akan Ku buat sebagai milik-Ku seutuhnya. Aku tdk butuh bejana yg mengkilap & penuh kebanggaan. Tidak juga bejana yang terlalu tinggi untuk ditaruh di rak. Tidak juga yang bermulut lebar dan dalam. Tidak juga yang transparan & memamerkan isinya dengan sombong. Tidak juga yang merasa dirinya selalu benar. Tetapi yang Kucari adalah bejana sederhana yang akan Kupenuhi dengan kuasa dan kehendak-Ku.

Kemudian la mengangkat bejana tanah liat itu. Ia memperbaiki dan membersihkannya dan memenuhinya. Ia berbicara dgn lembut kepadanya. "Ada tugas yg perlu engkau kerjakan, jadilah berkat buat orang lain, seperti apa yg telah Kuperbuat bagimu".

Jumat, 07 Mei 2010

Bisakah Kita Menguasai Diri ?


Bisakah Kita Menguasai Diri ?

“Orang yang tak dapat mengendalikan diri adalah seperti kota yang roboh temboknya.” Amsal 25:28.

Dahulu kala kota-kota selalu dikeliingi oleh tembok yang tinggi. Tembok tersebut berfungsi sebagai benteng perlindungan yang kuat terhadap serangan musuh. Apabila tembok itu runtuh musuh dapat dengan mudahnya memasuki kota itu dan mendudukinya. Begitu juga orang yang kehilangan penguasaan diri akan menjadi sasaran empuk kuasa jahat. Kehidupannya akan mudah tergoncang dan tidak pernah merasa aman, karena ia telah ditawan dan diperdaya oleh kuasa jahat, sebab “. . . si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya.” (1 Petrus 5:8b).

Penguasaan diri dalam segala ha! sangat penting bagi anak-anak Tuhan. Orang yang memiliki penguasaan diri mampu mengendalikan dirinya, menjauhkan diri dari segala jenis kejahatan dan dapat mendisiplinkan diri sendiri. Banyak contoh dalam Alkitab tentang orang orang yang memiliki penguasaan diri. Daud dapat menguasai diri sehingga enggan membunuh Saul meskipun ia memiliki kesempatan balas dendarn terhadap kejahatan yang dilakukan Saul terhadapnya. Saat melihat Saul berada di dalam gua, “... berdebar-debarlah hati Daud, karena ia telah memotong punca Saul; lalu berkatalah ia kepada orang-orangnya: ‘Dijauhkan Tuhanlah kiranya dari padaku untuk melakukan hal yang demikian kepada tuanku, kepada orang yang diurapi Tuhan, yakni menjamah dia, sebab dialah orang yang diurapi Tuhan.” (1 Samuel 24:6-7). Yusuf, pemuda yang takut akan Tuhan, digoda dan dibujuk oleh istri Potifar, “‘Marilah tidur dengan aku. Tetapi Yusuf meninggalkan bajunya di tangan perempuan itu dan Iari ke luar.”

(Kejadian 39:12). Yusuf dapat menguasai dirinya dari perangkap istri tuannya itu dan menjaga kekudusan dengan tidak mencemarkan diri. ltulah sebabnya kehidupan Yusuf semakin berkenan di hadapan Tuhan.

Penguasaan diri tidak datang dengan sendirinya namun melalui suatu proses yaitu tunduk pada pimpinan Roh Kudus; tanpa-Nya mustahil kita dapat menguasai diri terhadap pencobaan.

Tinggal dalam firman-Nya dan mengijinkan Roh Kudus bekerja adalah kunci untuk memiliki penguasan diri!

Kamis, 06 Mei 2010

Prinsip Tuhan vs Prinsip Dunia

Prinsip Tuhan vs Prinsip Dunia

“Carilah dahulu Kerajaan Allah, maka semuanya itu akan di tambahkan kepadamu”
Matius 6 : 33

Saya seringkali mendengar kalimat ”uang bukanlah segalanya, tapi segalanya butuh uang”. Memang tak dapat di sangkal, bahwa untuk hidup kita membutuhkan uang . Untuk sekolah, untuk makan, bahkan untuk masuk ke toilet pun kita harus membayar, dll.

Saya pun teringat dengan sebuah ayat yang sering kita dengar dalam Mat 6 : 33, di dalam ayat tersebut berkata carilah dahulu Kerajaan Allah. Ayat tersebut merupakan salah satu prinsip Allah untuk kehidupan kita, juga membantu kita dalam menyusun prioritas hidup kita. Memang terlihat bertolak belakang dengan prinsip di dunia ini, no money no life. Akan tetapi perhitungan Tuhan bukanlah perhitungan yang biasa, namun luar biasa.

Salah satu tokoh alkitab yang hidupnya sukses adalah Ishak, dalam alkitab ia mempunyai banyak harta. Hal yang dilakukan Ishak untuk mencapai kesuksesannya hanya 3 hal, yaitu setiap ia berpindah tempat hal pertama yang ia lakukan adalah Membangun mezbah, setelah itu ia membangun kemah dan yang ketiga ia menyuruh hambanya untuk menggali sumur.

Yang di maksud dengan 3 hal di atas adalah bagaimana kita menyusun prioritas hidup kita dan menggunakan prinsip Allah dalam hidup kita:
1. Membangun mezbah berarti hubungan pribadi kita dengan Tuhan
2. Membangun kemah berarti pelayanan kita di dalam keluarga
3. Menngali sumur berarti pekerjaan kita atau pelayanan kita yang lainnya

Begitu banyak orang yang sudah menempatkan Tuhan di posisi paling atas dan mereka merasakan berkat yang luar biasa. Bagaimana dengan diri kita saat ini? Pilihan berada di dalam diri kita. Saya berharap kita pun bisa merasakan kesuksesan di dalam hidup kita dengan menerapkan apa yang di lakukan Ishak dan prinsip di dalam Tuhan ”Carilah dahulu Kerajaan Allah, maka semuanya itu akan di tambahkan kepadamu (Mat 6 : 33)”

Prinsip Tuhan adalah kunci kesuksesan dalam hidup

I'm a Big Girl, Dad.....!!!

I'm a Big Girl, Dad.....!!!

Saya adalah anak bungsu. Ayah saya adalah seorang pekerja tambang. Rambutnya sudah putih semua, tapi tubuhnya masih terlihat kuat & gagah. Hatinya lembut & sayang keluarga. Hampir tiap pagi jika tidak sedang tugas, dia selalu mengantar saya sekolah. Kami selalu berangkat dengan motor bututnya, motor kebanggaan yang selalu dicucinya tiap hari. Motor itu begitu bututnya, sampai kadang bunyi kelontangan saat berjalan. Karena itu kadang saya malu & pengen agar tubuh saya menciut & menghilang saja kala motor ayah saya masuk halaman sekolah.

Jarak rumah ke­sekolah sekitar satu jam. Dia sering memakaikan jaket tebal agar saya tidak kedinginan diterpa angin pagi. Dan setibanya di-depan pagar sekolah dia selalu menurunkan saya & menciumi pipi saya berkali2. Namun setelah beranjak remaja, saya mulai risih kala ayah mencium pipi saya. Apalagi didepan teman2. Saya kan udah umur 12 tahun? masak diciumin terus seperti anak balita aja? Sebel banget deh. Maka saya putuskan bahwa saya bukan anak kecil & tidak butuh kecupan di pipi lagi.

Suatu hari, seperti biasa, ayah saya mengantar sampai di depan gerbang sekolah, menurunkan saya, tersenyum lebar dengan senyum khasnya & memiringkan badannya hendak mencium pipi saya. Tapi saya segera mengangkat tangan & berkata, "Jangan ayah, aku malu!" itu pertama kalinya saya berkata begitu & wajah ayah tampak begitu keheranan. Dengan sebal saya berkata "Yah, aku kan sudah besar & sudah terlalu tua untuk dicium2 kayak anak balita."

Ayah memandang saya beberapa saat, rasanya begitu lama ia memandang & matanya mulai sedikit berkaca2 & basah. Namun aku lihat dia berusaha menahan diri. "OK deh, kamu sudah gadis remaja sekarang. Ayah tak perlu menciummu lagi." dia berbalik menuju motor bututnya & melambaikan tangannya pamit pergi. Tak lama sesudah itu, ia ditugaskan ke-Aceh & ia hilang & tak pernah kembali lagi. 26 Des 2004 badai Tsunami meluluhlantakkan Meulaboh-Aceh & menghancurkan pos tambang tempat dimana ayah saya ditugaskan.

Anda semua takkan bisa bayangkan apa yang akan saya korbankan sekedar untuk mendapatkan lagi ciuman sayang darinya. Untuk merasakan wajah tua & kumisnya yang kasar. Mencium bau tubuhnya yang khas. Dan untuk merasakan lengannya yang kuat merangkul pundakku, mengacak2 rambutku atau menggendong badanku.

Seandainya bisa, aku ingin ucapkan padanya 'Ayah, aku sudah dewasa, tapi aku tak pernah terlalu tua utk mendapat ciuman darimu...I'm a big girl dad, but i never too old for your kiss"

Rabu, 05 Mei 2010

Tuhan Selalu Memberi Petunjuk

TUHAN Selalu Memberi Petunjuk

“Akulah Tuhan, Allahmu, yang mengajar engkau tentang apa yang memberi faedah, yang menuntun engkau di jalan yang harus kautempuh.” Yesaya 48:17

Dalam menjalani hidup ini kita sangat membutuhkan tuntunan dan petunjuk dari Tuhan. Pemazmur berkata, “Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh, tetapi yang kesukaannya ialah Taurat Tuhan, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam.” (Mazmur 1:1-2). Alkitab berisi tuntunan dan petunjuk dari Tuhan. Semakin kita mempelajari firman Tuhan dan merenungkannya siang dan malam semakin kita mengerti apa kehendak Tuhan, dan apa langkah-langkah yang harus kita tempuh sehingga penjalanan hidup kita selalu beruntung dan akan memberi faedah.

Tuhan memberikan contoh kehidupan empat binatang kecil, “Ada empat binatang yang terkecil di bumi, tetapi yang sangat cekatan: semut, bangsa yang tidak kuat, tetapi yang menyediakan makanannya di musim panas, pelanduk, bangsa yang lemah, tetapi yang membuat rumahnya di bukit batu, belalang yang tidak mempunyai raja, namun semuanya berbaris dengan teratur, cicak yang dapat kautangkap dengan tangan, tetapi yang juga ada di istana-istana raja.” (Amsal 30:24-28). Semut, meskipun tergolong binatang terkecil dan lemah, ia rajin, ulet dan cekatan. Selain itu semut memiliki rasa empati yang tinggi terhadap sesamanya, mereka menopang satu sama lain dan bergotong-royong. Tuhan menghendaki hal yang demikian, “Bertolong-tolonglah menanggung bebanmu! Demikianlah kamu memenuhi hukum Kristus.” (Galatia 6:2). Belalang, dalam waktu singkat sanggup menghabiskan hasil ladang berkat kerjasama dan ketekunannya.

Masih ada saja orang Kristen yang bukannya saling menopang dan bengotong-royong satu sama lain, malah saling sikut, hantam dan saling mendiskreditkan. Pelanduk, binatang lemah tapi mampu membuat rumahnya di atas bukit batu sehingga ia selamat dan aman apabila badai menyerang. Yesus adalah Batu Karang keselamatan kita. Sudah seharusnya kita mempercayakan hidup ini sepenuhnya kepada Dia.

“Setiap orang yang mendengar perkataanKu ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu.” Matius 7:24