Minggu, 17 Mei 2009

Kasih Ibu

Renungan Kristen Sehari-hari
Kasih Ibu
(SELAMAT HARI IBU)

Suatu malam, seorang wanita berusia 20-an tahun bertengkar dengan ibunya. Karena sangat marah, ia segera meninggalkan rumah tanpa membawa apapun. Saat berjalan ia baru menyadari bahwa ia sama sekali tidak membawa uang.Saat menyusuri sebuah jalan, ia melewati sebuah kedai bakmi dan ia mencium harumnya aroma masakan. Ia ingin sekali memesan semangkuk bakmi, tetapi ia tidak mempunyai uang.

Pemilik kedai melihat si anak berdiri cukup lama di depan kedainya, lalu berkata: “Nona, apakah engkau ingin memesan semangkuk bakmi?”
“Ya, tetapi, aku tidak membawa uang”, jawab si wanita dengan malu-malu.
“Tidak apa-apa, aku akan mentraktirmu”, jawab si pemilik kedai. “Silakan duduk, aku akan memasakkan bakmi untukmu”.
Tidak lama kemudian, pemilik kedai itu mengantarkan semangkuk bakmi.
Si wanita segera makan beberapa suap, kemudian air matanya mulai berlinang.
“Ada apa nona?”, tanya si pemilik kedai.
“Tidak apa-apa”, aku hanya terharu jawab wanita itu sambil mengeringkan air matanya.
“Bahkan, seorang yang baru kukenal pun memberi aku semangkuk bakmi ! Tetapi, ibuku sendiri, setelah bertengkar denganku, mengusirku dari rumah dan mengatakan kepadaku agar jangan kembali lagi. Kau, seorang yang baru kukenal, tetapi begitu peduli denganku dibandingkan dengan ibu kandungku sendiri”, katanya kepada pemilik kedai.
Pemilik kedai itu setelah mendengar perkataannya, menarik nafas panjang lalu berkata:
“Nona, mengapa kau berpikir seperti itu? Renungkanlah hal ini, aku hanya memberimu semangkuk bakmi dan kau begitu terharu. Ibumu telah memasak bakmi dan nasi untukmu saat kau kecil sampai saat ini, mengapa kau tidak berterima kasih kepadanya? Dan kau malah bertengkar dengannya”. Si wanita terhenyak mendengar hal tsb.
“Mengapa aku tidak berpikir tentang hal itu? Untuk semangkuk bakmi dari orang yang baru kukenal , aku begitu berterima kasih. Tetapi kepada ibuku yg memasak untukku selama bertahun-tahun, aku bahkan tidak memperlihatkan kepedulianku kepadanya. Dan hanya karena persoalan sepele, aku bertengkar dengannya”.
Dia segera menghabiskan bakminya, lalu ia menguatkan dirinya untuk segera pulang ke rumahnya. Saat berjalan ke rumah, ia memikirkan kata-kata yg harus diucapkan kepada ibunya. Begitu sampai di ambang pintu rumah, ia melihat ibunya berwajah letih dan cemas. Ketika bertemu dengannya, kalimat pertama yang keluar dari mulutnya adalah,”Nak, kau sudah pulang. Cepat masuklah, Ibu telah menyiapkan makan malam. Makanlah dahulu sebelum kau tidur. Makanan akan dingin jika kau tidak memakannya sekarang”.
Pada saat itu si wanita tidak dapat menahan tangisnya. Ia pun menangis di pelukan ibunya.

Sekali waktu, kita mungkin akan sangat berterima kasih kepada orang lain di sekitar kita untuk suatu pertolongan kecil yang diberikan kepada kita. Tetapi kepada orang yang sangat dekat dengan kita, khususnya orang tua kita, kita harus ingat bahwa kita berterima kasih kepada mereka seumur hidup kita. Kadang-kadang, kita sulit atau lebih tepatnya tidak mau untuk melihat dan menghargai pertolongan yang diberikan oleh orang-orang yang sudah sangat kita kenal. Untuk menghargai cinta kasih mereka. Kita menganggap itu sebagai suatu keharusan. Sebuah kewajiban.

Selasa, 12 Mei 2009

Ayah

Renungan Kristen Sehari-hari

Satu jam bersama Ayah

Ayah yang terlalu sibuk adalah seorang ayah yang sangat larut dalam pekerjaannya.
Setiap hari ia berangkat sebelum anak-anaknya bangun dan pulang setelah anak2nya tertidur lelap.
Suatu hari anaknya yang berumur 5 tahun menunggunya sampe larut malam. Saat melihat ayahnya pulang anak tersebut langsung menghampiri ayahnya dan bertanya, "Ayah bolehkah saya bertanya sesuatu ?" mendapat pertanyaan tersebut ayahnya segera menjawab, "Tentu saja, ada apa nak ?" "Berapa penghasilan ayah per jam..?" jawa si anak. Si ayah pun bertanya dengan penuh keheranan, "Kenapa kau tanya sesuatu yang tidak ada hubungannya denganmu ?"
Anak itu tak menjawab, tapi mendesak ayahnya dengan pertanyaan yang sama, setelah dipaksa beberapa kali, akhirnya sang ayah pun menjawab bahwa penghasilannya perjam adalah seratus ribu rupiah. Si anak pun bertanya kembali, "Bolehkah saya minta uang lima puluh ribu rupiah dari ayah ?" dengan nada memohon. Awal mulanya sang ayah keberatan, tapi karena didesak terus menerus akhirnya sang ayah memberikan juga uang tersebut kepada anaknya sesuai dengan yang diminta.
Anak itu sangat senang dan mengucapkan terima kasih kepada ayahnya. Kemudian ia pergi mengambil celengannya dan mengeluarkan uang yang ada didalamnya. Setelah dihitung seluruhnya berjumlah seratus ribu rupiah, pas. Kemudian anak itu berkata kepada ayahnnya, "BOlehkah saya membeli waktu ayah satu jam ?" Dengan mata berkaca-kaca ia menlanjutkan, "Bisakah ayah besok pulang lebih cepat dan menemani saya makan malam ?" Nada anak itu sangan memilukan dan menyentuh hati ayahnya yang paling dalam...

Senin, 11 Mei 2009

Ketaatan

Renungan Kristen Sehari-hari

Ketaatan


Kata-Nya: "Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki"
(Matius 26 : 39)

Teringat masa kecil saya di Indramayu, di mana kalau hujan besar turun sekian jam tanpa berhenti, dapat dipastikan rumah kami kebanjiran. Setelah itu pasti banyak ikan yang masuk ke dalam rumah, sehingga teman-teman tetangga senang bermain air di rumah untuk menjaring ikan memakai kaos bekas, kaleng bekas susu dan ember untuk tempat ikan yang tertangkap.
Saya paling kesal kalau banjir datang hari Minggu karena walaupun banjir, kami harus pergi naik becak ke Sekolah Minggu dan itu sudah harga mati dari almarhum ayah saya; tidak ada tawar-menawar, sudah suatu keharusan. Dan anehnya guru-guru Sekolah Minggu juga rajin sehingga mereka tetap datang mengajar walaupun terkadang gereja kebanjiran juga. Kakak-kakak saya tidak ada yang pernah membantah tapi saya memang nakal waktu kecil sehingga terkadang harus mengomel karena tidak bisa bermain air atau menangkap ikan dengan teman-teman.
Tapi ketaatan pada almarhum ayah baru disadari apa yang dimaksudkannya setelah saya besar. Apa jadinya kalau dulu saya tidak rajin Sekolah Minggu; apa jadinya kalau iman percaya saya tidak bertumbuh sejak dari usia dini? Rasanya akan sulit menghadapi beratnya situasi dan kondisi kota besar pada jaman sekarang, tidak tahu harus ke mana pada saat menghadapi masalah yang berat; tidak tahu harus bergantung kepada siapa ketika kita ada dalam situasi yang sulit.

Rasa syukur yang melimpah bisa memenuhi hati ini ketika mengingat Yesus berkata kepada Bapa :"Ya Bapaku jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari padaKu, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki". Karena bagaimana jadinya kita, manusia yang berdosa ini, kalau Yesus tidak taat kepada Bapa-Nya? Tidak akan mungkin dosa- dosa kita dihapuskan karena Yesus tidak pernah berkorban di atas kayu salib.

Dan ketaatan Kristus adalah teladan bagi kita sebagai orang-tua Kristen untuk mengajarkan kepada anak-anak sejak usia dini bahkan selagi mereka dalam kandungan untuk mengenal siapa Tuhan yang mereka sembah. Sekarang saya baru merasakan betapa bangganya saya kepada guru-guru Sekolah Minggu yang dulu kelewat rajin itu karena berkat merekalah, saya mengenal Yesus secara dekat. Dan saya juga bangga terhadap guru-guru Sekolah Minggu anak saya yang benar-benar tanpa pamrih melakukan yang terbaik pada anak-anak untuk memperkenalkan Tuhan Yesus yang penuh ketaatan kepada Bapa-Nya.

Minggu, 10 Mei 2009

Kasih Ibu (Lukas 11 : 13)

Renungan Kristen Sehari-hari
Kasih Ibu
Lukas 11 : 13
Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu,
apalagi Bapamu yang di sorga !

Syair ini kupersembahkan untukmu ibu:(lagu oleh:iwan Fals)
Ribuan kilo jalan yang kau tempuh
Lewati rintang untuk aku anakmu
Ibuku sayang masih terus berjalan
Walau tapak kaki, penuh darah… penuh nanah
Seperti udara… kasih yang engkau berikan
Tak mampu ku membalas…ibu…ibu
Ingin kudekat dan menangis di pangkuanmu
Sampai aku tertidur, bagai masa kecil dulu
Lalu doa-doa baluri sekujur tubuhku
Dengan apa membalas…ibu…ibu….

lagu yang ditenarkan oleh bang iwan fals ini, tadi pagi membuat gw inget betapa besar jasa ibu, dari gw masih berada didalam kandungan, sampe sekarang sudah sebesar ini. sambil sarapan (roti tawar plus susu) ditemani dengan linangan air mata.
semua keringat, semua air mata yang yang ia keluarkan semata-mata untuk gw, ya Tuhan bagaimana cara aku ini dapat membalas ketulusan ibu. Dia yang membuat hamba Mu ini melihat dunia. dia yang merawat aku hingga dapat mengetahui mana yang baik dan mana yang buruk, dia yang senantiasa setiap pagi aku ini menadahkan tangan seraya berucap “Minta ongkos donk”. balasan apakah yang pantas ku berikan untuk ibuku??
saat dia tertidur terlihat ekspresi yang paling wajar dan paling jujur, terlihat olehku kulitnya yang mulai keriput, tangan yang dulu halus membelai-belai tubuhku ketika bayi, kini kasar karena tempaan hidup yang keras, dia yang tiap hari mengurus kebutuhan ku, yang paling rajin mengingatkanku dan mengomeli ku semata-mata karena rasa kasih dan sayangnya yang sering sekali aku salah artikan. begitu banyak pengorbanan yang telah dilakukannya,pengorbanan yang sangat melelahkan namun enggan dia ungkapkan. pernah terdengar dengan suara yang halus “betapa lelahnya aku hari ini”, untuk siapa dia berlelah2?? tak lain tak bukan adalah untuk ku.